Alhamdulillah…
Segala puji hanya bagi Allah. Allah yang telah melimpahkan banyak sekali nikmat
kepada kita. Dalam salah satu firman-Nya
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah,
niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.(QS.
An-Nahl:18).
Sholawat
serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Yang telah membimbing kita sebagai umatnya dari dunia KAFIR dan MUSYRIK menuju
dunia IMAN dan ISLAM.
Mungkin
selama ini kita merasa bahwa “dunia” ini tidak adil, bahkan sampai ada yang
menyalahkan Allah kenapa harus terjadi seperti ini, seperti itu? Mengapa kita
diciptakan di saat dunia ini sedang mengalami kesakitan? Kejahatan merajalela,
kemiskinan membludak, korupsi jadi budaya, bahkan ada pencucian otak segala.
Na'udzubillahi min dzalik...
Ungkapan di
atas sebenarnya hanya pantas diucapkan oleh orang yang tidak mau bersyukur.
Allah berfirman
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu
dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”
(QS. An-Nahl:78)
Selanjutnya kita baca lagi Firman Allah satu lagi :
“Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar)
bagi mereka adalah bumi yang mati. kami hidupkan bumi itu dan kami keluarkan
dari padanya biji-bijian, Maka daripadanya mereka makan.Dan kami jadikan
padanya kebun-kebun kurma dan anggur dan kami pancarkan padanya beberapa mata
air, Supaya mereka dapat makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh
tangan mereka. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur?”. (QS.Yasin:33-35)
Dari kedua
firman Allah di atas, kalau kita sadar, Allah itu telah memberikan banyak
sekali nikmat kepada kita, baik secara fisik (yang terlihat) maupun batin (yang
tidak nampak oleh mata kita). Jadi sangat tidak pantas bagi kita untuk mengeluh
bahkan berprasangka buruk kepada Allah atas pemberian-Nya kepada kita.
Seharusnya kitalah yang mengintrospeksi diri atas apa yang terjadi di sekitar
kita, minimal kita bisa menjadikan pelajaran atau hikmah dari kejadian
tersebut, baik itu kejadian yang menyenangkan maupun yang menyedihkan bagi
kita.
Satu lagi firman Allah mengenai ini:
“Dia
memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa diberi hikmah,
sesungguhnya dia telah diberikan kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat
mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat. (QS. Al
Baqorah:269)
Dalam suatu
riwayat mengatakan dari Syadad bin Aus ra. Dari Rasulullah
saw, beliau bersabda
“Orang yang berakal (cerdas) adalah orang
yang menghisab dirinya dan beramal untuk hari setelah kematian. Orang yang
kurang perhitungan adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan
bahwa Allah selalu mengampuni dan memaafkannya”.
Uraian
di atas sebenarnya menyadarkan kita untuk selalu dan senantiasa bersyukur
kepada Allah. Syukur, apa artinya
syukur? Menurut ustadz yang mengisi kajian dekat rumah saya, beliau mengatakan
begini,
“Syukur
adalah memanfaatkan waktu atau kesempatan untuk melakukan sesuai kehendak.”
Lho,
kehendak siapa?
Tentunya
kehendak Allah. Allah yang telah menciptakan kita di dunia ini. Dalam firmannya
Allah berpesan
“Dan
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
(QS. Adz Dzariyat:56)
Jadi
sudah pasti bahwa tujuan hidup kita adalah hanyalah kepada Allah bukan kepada
yang lain.
Kemudian
beliau menambahkan lagi,
“Bersyukur
karena Allah adalah memanfaatkan waktu atau kesempatan yang ada untuk melakukan
sesuai kehendak Allah.”
Dalam
sabda Rasulullah SAW:
“Barang siapa berbuat baik terhadap kamu,
balaslah dengan kebaikan. Jika kamu tidak mampu membalas kebaikan mereka, maka
doakanlah hingga mereka tahu bahwa kamu telah mensyukurinya. Sesungguhnya Allah
banyak bersyukur dan suka kepada hamba-hamba-Nya yang bersyukur.”
(HR.
At-Tirmidzi)
Lanjut
beliau lagi,
“ Kalau
kita sadar sebenarnya tidak ada waktu bagi kita selain untuk bersyukur.
Seandainya Allah tidak menciptakan surga dan neraka sebagai balasan Allah atas
amal-amal kita, kita tetap harus bersyukur karena Allah telah memberikan banyak
sekali fasilitas hidup kepada kita sewaktu kita hidup di dunia ini. Jadi dengan
Allah menciptakan surga dan neraka seharusnya rasa syukur kita bisa menjadi
lebih baik lagi.”
Rasulullah
SAW bersabda, “Dimana pun kita berada,
tidak ada kata pantas selain mengucapkan Alhamdulillah.”
Jangankan
bersyukur kepada Allah, kita terkadang mengucapkan terimakasih kepada ayah ibu
kita, kepada saudara kita, teman-teman kita itu segan. Padahal orangtua kita
sudah melahirkan, mangasuh, merawat, dan mendidik kita. Alih-alih mengucapkan
terimakasih, ungkapan yang menyakitkan hati yang justru sering keluar dari
mulut kita kepada orangtua kita.
Rasulullah saw. bersabda:
“Sesungguhnya orang yang lebih banyak bersyukur kepada Allah adalah orang
yang banyak bersyukur kepada sesama manusia.”
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan
Ath-Thabrani bahwa Rasulullah saw. bersabda:
“Tidak dianggap bersyukur kepada Allah, orang yang tidak bersyukur kepada
sesama manusia.”
Mulai
sekarang, kita sama-sama belajar untuk selalu mensyukuri setiap kebaikan yang
datang kepada kita, tidak peduli ukuran maupun cara datangnya. Karena Allah
jika ingin berbuat baik kepada kita, jalurnya bisa dari mana saja.
Lanjut
lagi mengenai
Barang siapa membawa amal baik, maka
baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya, dan barang siapa yang membawa amal
perbuatan jahat, maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan
kejahatannya, sedang mereka sedkitpun tidak dianiaya (dirugikan).(QS Al-An’aam:
160)
Kemudian dalam salah satu hadits
Arba'in, Rasulullah bersabda:
Dari ibnu Abbas
radhiallahu ‘anhuma dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari apa yang
beliau riwayatkan dari Robbnya tabaaroka wa ta’ala beliau berkata:
“Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla telah menetapkan kebaikan dan keburukan
kemudian menjelaskannya. Barang siapa yang berkeinginan untuk berbuat kebaikan
kemudian dia tidak melakukannya, Allah mencatat baginya satu kebaikan yang
sempurna. Jika ia berkeinginan melakukan kebaikan kemudian ia melakukannya,
Allah mencatat untuknya 10-700 kali lipat kebaikan sampai tidak terhingga. Jika
dia berkeinginan untuk melakukan kejelekan kemudian dia tidak mengamalkannya, Allah
mencatat baginya satu kebaikan yang sempurna. Jika dia berkeinginan
melakukannya, kemudian dia melakukannya maka Allah mencatat baginya satu
kejelekan.” (HR. Bukhori, Muslim)*
Subhanallah,
begitu murahnya Allah kepada kita. Hal ini merupakan salah satu bentuk
kemurahan Allah, dan masih banyak lagi bentuk-bentuk kemurahan Allah kepada
makhluk-Nya.
Bagaimana
Saudaraku?
Kalau
masih ada yang mengganjal, ada beberapa tips agar lebih memantapkan hati kita
- Kita tetapkan dalam hati kita yang paling
dalam bahwa setan adalah musuh utama dalam kehidupan ini. Karena setan
penyebab munculnya keragu-raguan dalam diri kita. Kita telah mengetahui
kisah nenek moyang kita, Nabi Adam AS beserta istrinya, yang dikeluarkan
oleh Allah akibat rasa ragu-ragu yang dimasukkan oleh setan ke dalam hati
Nabi Adam AS sehingga Nabi Adam AS dan istrinya menikmati pohon yang
dilarang oleh Allah untuk didekati.
Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan dikeluarkan
dari keadaan semula dan Kami berfirman, "Turunlah kamu! Sebagian kamu
menjadi musuh bagi yang lain dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi dan
kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan." ( QS. Al Baqarah: 36)**
Dari kisah itu, hendaknya kita harus selalu waspada
terhadap rasa ragu-ragu yang muncul
dalam hati kita sewaktu akan berbuat baik atau saat kita berpikir apakah
perbuatan yang kita lakukan ini baik atau buruk menurut Allah.
- Kita
cari bukti.
c. Setelah mendapat
bukti tadi, kita ambil pelajaran dari bukti tersebut. Kemudian menjadikannya sebagai panduan hidup pribadi berdasarkan Al
Qur'an dan Hadits Rasul.
Dengan beberapa cara di atas semoga bisa lebih memantapkan
hati kita bahwa murahnya Allah melebihi
murka-Nya.
Sesuai pengertian iman adalah
diyakini dalam hati, diikrarkan dalam lisan dan diamalkan oleh angota badan.
Jadi setelah kita yakin dan mantap dalam hati kita bahwa murahnya Allah
melebihi murka-Nya, kita ikrarkan secara lisan, yaitu dengan mengucapkan
Alhamdulillah. Kemudian kita amalkan.
Salah satu dampak semakin mantapnya rasa syukur di hati seseorang
adalah dia akan berusaha untuk mengetahui segala urusan Allah dan berusaha
untuk berpartisipasi di dalam urusan Allah tersebut. Karena Allah menolong
urusan dia jika dia mau menolong urusan
Allah. Allah ta'ala berfirman :
"(yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman
mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: "Tuhan kami
hanyalah Allah". Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian
manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara
Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi dan mesjid-mesjid, yang
di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang
yang menolong (agama) -Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha
Perkasa. (QS. Al Hajj : 40 )
Maka barang siapa tidak ' menolong ' Rabb-nya, Dia pun tidak akan
menolongnya. Barangsiapa bermaksiat kepadaNya, Dia akan meninggalkannya,
membiarkannya bersama musuh-musuhnya.
Umar Al Faruq RA. pernah berkata,
" Kala kita tidak mampu mengalahkan musuh dengan ketaatan kita
niscaya mereka mengalahkan kita dengan kekuatan mereka."
Ternyata Umar RA lebih mengkhawatirkan dosa-dosa pasukannya daripada
kekuatan musuhnya. Inilah bukti kesempurnaan pemahaman dan kebrilianan akal
beliau.
Betapa kita ingin mengerti dengan ilmu yakin - bahwa Allah telah
menjamin kemenangan dienNya dan akan selalu menjaganya. Maka barangsiapa selalu
bersama Islam ke mana pun ia berputar, hati dan anggota badannya senantiasa
taat kepada Allah, pastilah Allah akan menolongnya. Barangsiapa menyimpang dari
jalan yang lurus, pertolongan pun akan menjauh darinya.
Sederhana saja. Jika kita mau mengajak seseorang agar mau ikut mengaji
itu sudah termasuk menolong urusan Allah. Karena dengan mengajak seseorang ikut
mengaji berarti membantu Allah untuk memberikan hidayah kepadanya. Apalagi jika
kita yang jadi pengisi pengajian atau majlis ta'lim tersebut.
Allah ta'ala Maha tahu lagi Maha Bijaksana. Allah maha tahu, artinya
tidak ada sesuatu pun dari urusan kita yang tersembunyi bagiNya. Dia Maha tahu
akan batin dan niat kita sepertinya halnya Dia Maha tahu akan lahir dan amal
kita. Dia Maha Bijaksana. Artinya Dia akan selalu menempatkan segala sesuatu
pada tempatnya. Dia tidak akan memberikan anugerah berupa panjagaan dan
pertolongan kepada siapa yang tidak berhak mendapatkannya. Dan orang yang tidak
berhak atas anugerah ini, sungguh tiada bagian untuknya selain keterpurukan.
Na'udzu billah, kita memohon perlindungan kepada Allah dari kehinaan di
hadapanNya.
------------------------------------Jazakumullah Khoiron Katsiron-----------------------------------------
Untuk
penjelasan lebih mendalam (ayat Al Aqur'an atau Hadis yang bertanda bintang)
bisa dibaca di link berikut:
*http://mhamzah.multiply.com/reviews/item/4
**http://indonesian.irib.ir/index.php?option=com_content&view=article&id=20527:tafsir-surat-al-baqarah-ayat-34-36&catid=49:tafsir-quran&Itemid=75