Pages

Kamis, 05 Mei 2011

Murahnya Allah melebihi Murkanya Allah

Alhamdulillah… Segala puji hanya bagi Allah. Allah yang telah melimpahkan banyak sekali nikmat kepada kita. Dalam salah satu firman-Nya
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.(QS. An-Nahl:18).

Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Yang telah membimbing kita sebagai umatnya dari dunia KAFIR dan MUSYRIK menuju dunia IMAN dan ISLAM.
Mungkin selama ini kita merasa bahwa “dunia” ini tidak adil, bahkan sampai ada yang menyalahkan Allah kenapa harus terjadi seperti ini, seperti itu? Mengapa kita diciptakan di saat dunia ini sedang mengalami kesakitan? Kejahatan merajalela, kemiskinan membludak, korupsi jadi budaya, bahkan ada pencucian otak segala. Na'udzubillahi min dzalik...
Ungkapan di atas sebenarnya hanya pantas diucapkan oleh orang yang tidak mau bersyukur. Allah berfirman     
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl:78)

Selanjutnya kita baca lagi Firman Allah satu lagi :
“Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. kami hidupkan bumi itu dan kami keluarkan dari padanya biji-bijian, Maka daripadanya mereka makan.Dan kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur dan kami pancarkan padanya beberapa mata air, Supaya mereka dapat makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur?”. (QS.Yasin:33-35)

Dari kedua firman Allah di atas, kalau kita sadar, Allah itu telah memberikan banyak sekali nikmat kepada kita, baik secara fisik (yang terlihat) maupun batin (yang tidak nampak oleh mata kita). Jadi sangat tidak pantas bagi kita untuk mengeluh bahkan berprasangka buruk kepada Allah atas pemberian-Nya kepada kita. Seharusnya kitalah yang mengintrospeksi diri atas apa yang terjadi di sekitar kita, minimal kita bisa menjadikan pelajaran atau hikmah dari kejadian tersebut, baik itu kejadian yang menyenangkan maupun yang menyedihkan bagi kita.

 Satu lagi firman Allah mengenai ini:
“Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberikan kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat. (QS. Al Baqorah:269)

Dalam suatu riwayat mengatakan dari Syadad bin Aus ra. Dari Rasulullah saw, beliau bersabda
 “Orang yang berakal (cerdas) adalah orang yang menghisab dirinya dan beramal untuk hari setelah kematian. Orang yang kurang perhitungan adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan bahwa Allah selalu mengampuni dan memaafkannya”.

Uraian di atas sebenarnya menyadarkan kita untuk selalu dan senantiasa bersyukur kepada Allah.  Syukur, apa artinya syukur? Menurut ustadz yang mengisi kajian dekat rumah saya, beliau mengatakan begini,
Syukur adalah memanfaatkan waktu atau kesempatan untuk melakukan sesuai kehendak.”
Lho, kehendak siapa?
Tentunya kehendak Allah. Allah yang telah menciptakan kita di dunia ini. Dalam firmannya Allah berpesan
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat:56)

Jadi sudah pasti bahwa tujuan hidup kita adalah hanyalah kepada Allah bukan kepada yang lain.
Kemudian beliau menambahkan lagi,
“Bersyukur karena Allah adalah memanfaatkan waktu atau kesempatan yang ada untuk melakukan sesuai kehendak Allah.”

Dalam sabda Rasulullah SAW:
Barang siapa berbuat baik terhadap kamu, balaslah dengan kebaikan. Jika kamu tidak mampu membalas kebaikan mereka, maka doakanlah hingga mereka tahu bahwa kamu telah mensyukurinya. Sesungguhnya Allah banyak bersyukur dan suka kepada hamba-hamba-Nya yang bersyukur.
(HR. At-Tirmidzi)

Lanjut beliau lagi,
 Kalau kita sadar sebenarnya tidak ada waktu bagi kita selain untuk bersyukur. Seandainya Allah tidak menciptakan surga dan neraka sebagai balasan Allah atas amal-amal kita, kita tetap harus bersyukur karena Allah telah memberikan banyak sekali fasilitas hidup kepada kita sewaktu kita hidup di dunia ini. Jadi dengan Allah menciptakan surga dan neraka seharusnya rasa syukur kita bisa menjadi lebih baik lagi.”
Rasulullah SAW bersabda, “Dimana pun kita berada, tidak ada kata pantas selain mengucapkan Alhamdulillah.”
Jangankan bersyukur kepada Allah, kita terkadang mengucapkan terimakasih kepada ayah ibu kita, kepada saudara kita, teman-teman kita itu segan. Padahal orangtua kita sudah melahirkan, mangasuh, merawat, dan mendidik kita. Alih-alih mengucapkan terimakasih, ungkapan yang menyakitkan hati yang justru sering keluar dari mulut kita kepada orangtua kita.

Rasulullah saw. bersabda:
Sesungguhnya orang yang lebih banyak bersyukur kepada Allah adalah orang yang banyak bersyukur kepada sesama manusia.
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ath-Thabrani bahwa Rasulullah saw. bersabda:
Tidak dianggap bersyukur kepada Allah, orang yang tidak bersyukur kepada sesama manusia.
Mulai sekarang, kita sama-sama belajar untuk selalu mensyukuri setiap kebaikan yang datang kepada kita, tidak peduli ukuran maupun cara datangnya. Karena Allah jika ingin berbuat baik kepada kita, jalurnya bisa dari mana saja. 
Lanjut lagi mengenai  murahnya Allah lebih besar daripada murka-Nya . Allah itu memiliki karunia yang tidak terbatas, bahkan sampai-sampai kita mendapat pahala 10 dari setiap huruf yang kita baca saat membaca Al Qur’an. Bismillahirrahmanirrahim ada 17 huruf, apabila kita membacanya kita sudah mandapat pahala 17 x 10 =170. Kemudian ketika kita melakukan perbuatan baik menurut Allah, maka Allah akan memberikan kita pahala 10 dari setiap perbuatan. Lalu ketika kita melakukan perbuatan jelek menurut Allah, maka Allah hanya akan menghitung 1 dosa dari setiap perbuatan. Allah berfirman
Barang siapa membawa amal baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya, dan barang siapa yang membawa amal perbuatan jahat, maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedkitpun tidak dianiaya (dirugikan).(QS Al-An’aam: 160)
Kemudian dalam salah satu hadits Arba'in, Rasulullah bersabda:
Dari ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari apa yang beliau riwayatkan dari Robbnya tabaaroka wa ta’ala beliau berkata: “Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla telah menetapkan kebaikan dan keburukan kemudian menjelaskannya. Barang siapa yang berkeinginan untuk berbuat kebaikan kemudian dia tidak melakukannya, Allah mencatat baginya satu kebaikan yang sempurna. Jika ia berkeinginan melakukan kebaikan kemudian ia melakukannya, Allah mencatat untuknya 10-700 kali lipat kebaikan sampai tidak terhingga. Jika dia berkeinginan untuk melakukan kejelekan kemudian dia tidak mengamalkannya, Allah mencatat baginya satu kebaikan yang sempurna. Jika dia berkeinginan melakukannya, kemudian dia melakukannya maka Allah mencatat baginya satu kejelekan.” (HR. Bukhori, Muslim)*
Subhanallah, begitu murahnya Allah kepada kita. Hal ini merupakan salah satu bentuk kemurahan Allah, dan masih banyak lagi bentuk-bentuk kemurahan Allah kepada makhluk-Nya.     
Bagaimana Saudaraku?
Kalau masih ada yang mengganjal, ada beberapa tips agar lebih memantapkan hati kita
  1. Kita tetapkan dalam hati kita yang paling dalam bahwa setan adalah musuh utama dalam kehidupan ini. Karena setan penyebab munculnya keragu-raguan dalam diri kita. Kita telah mengetahui kisah nenek moyang kita, Nabi Adam AS beserta istrinya, yang dikeluarkan oleh Allah akibat rasa ragu-ragu yang dimasukkan oleh setan ke dalam hati Nabi Adam AS sehingga Nabi Adam AS dan istrinya menikmati pohon yang dilarang oleh Allah untuk didekati.
Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan dikeluarkan dari ‎keadaan semula dan Kami berfirman, "Turunlah kamu! Sebagian kamu ‎menjadi musuh bagi yang lain dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi ‎dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan."‎ ( QS. Al Baqarah: 36)**
Dari kisah itu, hendaknya kita harus selalu waspada terhadap rasa ragu-ragu yang muncul  dalam hati kita sewaktu akan berbuat baik atau saat kita berpikir apakah perbuatan yang kita lakukan ini baik atau buruk menurut Allah.
  1. Kita cari bukti.
c.   Setelah mendapat bukti tadi, kita ambil pelajaran dari bukti tersebut. Kemudian menjadikannya  sebagai panduan hidup pribadi berdasarkan Al Qur'an dan Hadits Rasul.
Dengan beberapa cara di atas semoga bisa lebih memantapkan hati kita bahwa murahnya Allah   melebihi murka-Nya.
Sesuai pengertian iman adalah diyakini dalam hati, diikrarkan dalam lisan dan diamalkan oleh angota badan. Jadi setelah kita yakin dan mantap dalam hati kita bahwa murahnya Allah melebihi murka-Nya, kita ikrarkan secara lisan, yaitu dengan mengucapkan Alhamdulillah. Kemudian kita amalkan.
Salah satu dampak semakin mantapnya rasa syukur di hati seseorang adalah dia akan berusaha untuk mengetahui segala urusan Allah dan berusaha untuk berpartisipasi di dalam urusan Allah tersebut. Karena Allah menolong urusan dia jika dia  mau menolong urusan Allah. Allah ta'ala berfirman :
"(yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: "Tuhan kami hanyalah Allah". Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi dan mesjid-mesjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama) -Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (QS. Al Hajj : 40 )
Maka barang siapa tidak ' menolong ' Rabb-nya, Dia pun tidak akan menolongnya. Barangsiapa bermaksiat kepadaNya, Dia akan meninggalkannya, membiarkannya bersama musuh-musuhnya.
Umar Al Faruq RA. pernah berkata,
" Kala kita tidak mampu mengalahkan musuh dengan ketaatan kita niscaya mereka mengalahkan kita dengan kekuatan mereka."
Ternyata Umar RA lebih mengkhawatirkan dosa-dosa pasukannya daripada kekuatan musuhnya. Inilah bukti kesempurnaan pemahaman dan kebrilianan akal beliau.
Betapa kita ingin mengerti dengan ilmu yakin - bahwa Allah telah menjamin kemenangan dienNya dan akan selalu menjaganya. Maka barangsiapa selalu bersama Islam ke mana pun ia berputar, hati dan anggota badannya senantiasa taat kepada Allah, pastilah Allah akan menolongnya. Barangsiapa menyimpang dari jalan yang lurus, pertolongan pun akan menjauh darinya.
Sederhana saja. Jika kita mau mengajak seseorang agar mau ikut mengaji itu sudah termasuk menolong urusan Allah. Karena dengan mengajak seseorang ikut mengaji berarti membantu Allah untuk memberikan hidayah kepadanya. Apalagi jika kita yang jadi pengisi pengajian atau majlis ta'lim tersebut.
Allah ta'ala Maha tahu lagi Maha Bijaksana. Allah maha tahu, artinya tidak ada sesuatu pun dari urusan kita yang tersembunyi bagiNya. Dia Maha tahu akan batin dan niat kita sepertinya halnya Dia Maha tahu akan lahir dan amal kita. Dia Maha Bijaksana. Artinya Dia akan selalu menempatkan segala sesuatu pada tempatnya. Dia tidak akan memberikan anugerah berupa panjagaan dan pertolongan kepada siapa yang tidak berhak mendapatkannya. Dan orang yang tidak berhak atas anugerah ini, sungguh tiada bagian untuknya selain keterpurukan. Na'udzu billah, kita memohon perlindungan kepada Allah dari kehinaan di hadapanNya.
------------------------------------Jazakumullah Khoiron Katsiron-----------------------------------------
    
   

Untuk penjelasan lebih mendalam (ayat Al Aqur'an atau Hadis yang bertanda bintang) bisa dibaca di link berikut:
*http://mhamzah.multiply.com/reviews/item/4
**http://indonesian.irib.ir/index.php?option=com_content&view=article&id=20527:tafsir-surat-al-baqarah-ayat-34-36&catid=49:tafsir-quran&Itemid=75

1 komentar: